Yowana asal Banjar Pande, Bualu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung Juara Asia Fruit Carving di Singapura

1 day ago 2
ARTICLE AD BOX
Yowana Bali asal Banjar Pande, Desa Bualu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini menyabet medali perunggu dari ajang bergengsi insan perkulineran Asia tersebut. Arya berhasil meraih posisi ketiga di Class 15: Classic Fruit & Vegetable Carving, kategori Patisserie Art Display yang diikuti wakil-wakil negara Asia. Untuk berkesempatan tampil di level Asia, jalan yang ditempuh Arya tidak mudah. Dia harus melewati skrining dari FHA. Jumlah kejuaraan nasional yang dimenangi Arya sebelumnya menjadi modal FHA menilai apakah fruit carver dari TN Cakes Bali, Seminyak, Kuta, Badung ini layak tampil di FHA—Food and Beverage 2025. 

“FHA di Singapura ini levelnya Asia, tidak gampang ujug-ujug bisa ikut karena ada standar yang harus dipenuhi. Ada seleksinya sebelum saya akhirnya diterima,” ujar Arya ketika dikonfirmasi, Sabtu (12/4/2025). 

FHA akhirnya mengonfirmasi bahwa Arya berhak tampil berkompetisi dengan fruit carver Asia lainnya yang dinyatakan lolos seleksi. Kamis (10/4/2025) lalu, Arya menunjukkan karyanya yang bertajuk Pinocchio’s Happiness. Karyanya ini membawa pengaruh kuat ukiran buah bergaya Bali. Karakter ukiran yang ditampilkan Arya memang tidak memunculkan karakter maupun pepatraan khas Bali. Namun, dia memanfaatkan gaya ukiran buah Pulau Dewata yang memunculkan karakter tiga dimensi, tidak seperti gaya ukiran buah Asia lain, seperti Thailand yang mengikuti bentuk buahnya. 

Arya menampilkan Pinocchio’s Happiness sebagai karakter Pinokio yang sedang duduk di atas gelondongan kayu sambil bermain gitar. Di bawahnya terdapat pedestal yang dikonsep senada, lengkap dengan ornamen bunga dan daun. Karya ini terbuat dari empat labu madu, dua labu lokal, satu semangka, buah bit, dan lobak. 

“Saya belajar banyak soal pengembangan ide dari para senior seperti Bapak Ketut (Suaryana) dan Bapak (Nyoman) Sungada yang ikut lomba ice carving di China beberapa waktu lalu,” ungkap Arya yang lulusan Poltekpar Bali. Strategi ini membuat juri paham bahwa gaya ukir buah yang dibawa Arya berasal dari Bali. Di sisi lain, karakter dan cerita yang ditampilkan dapat dipahami juri tanpa kendala keterbatasan pemahaman karena perbedaan budaya. 

Berhasil berlomba dan memenangi posisi tiga besar di gelaran FHA—Food and Beverage ini menjadi bukti bahwa Arya memiliki bakat fruit carving level Asia. Sayangnya, dia harus berjuang tanpa dukungan sponsor. Biaya persiapan, logistik, sampai tinggal beberapa hari di Singapura dirogoh dari tabungannya sendiri. 

Arya harus mengeluarkan minimal Rp 400.000 setiap latihan untuk membeli set buah yang diperlukan. 

Beruntung, tempatnya bekerja yakni TN Cakes Bali, Seminyak, mensubsidi pengeluaran latihan Arya sebesar Rp 200.000. Kata Arya, buah yang dipakai di hari H lomba tidak disiapkan panitia, tapi dibawa sendiri. Arya membawa labu madu, labu biasa, buah bit, dan lobak dari Bali. Sedangkan, semangka dibeli di Singapura agar barang bawaan tidak terlalu berat di bandara. Karena buah semangka yang dibeli di Singapura harganya Rp 200.000, biaya set buah lomba membengkak dibanding set latihan. 

“Kalau dihitung kotor, mungkin Rp 20 juta lebih habis untuk saya latihan-latihan, persiapan, sampai biaya hidup beberapa hari di Singapura. Itu semua diambil dari tabungan sendiri tanpa dukungan sponsor, jadi sangat terasa,” beber Arya. Pemuda yang lahir, besar, dan bekerja di Badung ini berharap ke depan ada uluran pemerintah daerah untuk mendukung orang-orang yang ingin membawa nama baik daerah seperti dirinya. “Saya tidak menuntut dukungannya harus berupa materi. Pembinaan, kritik dan saran, saya terima juga,” tandas Arya. 7 ol1
Read Entire Article