ARTICLE AD BOX
Menggandeng 13 seniman lokal Bali, pameran ini mengusung tema “Nyampaht”, mengangkat simbol sapu lidi sebagai representasi gotong royong dalam menghadapi persoalan sampah plastik yang kian mengkhawatirkan di Bali.
Kolaborasi Seni dan Kepedulian Lingkungan
Komang Sudiarta, Pendiri Yayasan Malu Dong, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya membangun kesadaran kolektif terkait sampah yang semakin mengancam Bali. Ia menekankan bahwa masalah terbesar terletak pada perilaku manusia.
“Air dari hulu sudah tercemar, bagaimana kita dapat air bersih di hilir? Air kini seperti alat transportasi sampah. Kalau manusianya tidak sadar, sampai kiamat pun kita tidak akan bisa atasi ini,” tegasnya.
Komang menyebut, edukasi terhadap generasi muda terus dilakukan melalui kegiatan di sekolah-sekolah. “Kami ingin membentuk generasi baru yang peduli pada lingkungan. Masyarakat harus turut bertanggung jawab, bukan semata menyerahkan semuanya ke pemerintah,” ujarnya.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Pameran ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Sudamala Resorts selaku pengelola lokasi pameran. Ricky Putra, COO Sudamala Resorts, mengatakan pihaknya percaya seni dapat menjadi medium efektif dalam menyampaikan pesan lingkungan.
“Seni memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan mendorong perubahan. Kolaborasi ini bukan hanya tentang pameran, tetapi juga ajakan kepada masyarakat untuk merenungkan peran kita dalam menjaga alam Bali,” ujar Ricky.
Sementara itu, Founder Yayasan Sudamala Bumi Insani, Ben Subrata, menyampaikan apresiasinya atas kemitraan dengan Komunitas Malu Dong. Ia menilai komunitas ini memiliki reputasi kuat dan konsisten dalam kampanye lingkungan.
“Tempat ini (Sudakara Artspace) bukan sekadar ruang seni, tapi ruang sejarah advokasi. Dulu kita perjuangkan subak diakui UNESCO dari tempat ini. Hari ini kita bicara lingkungan lewat seni. Itu bukti bahwa budaya dan alam bisa disatukan,” ungkapnya.
Pemerintah Dukung Gerakan Lingkungan
Turut hadir membuka pameran, Ketua TP PKK Provinsi Bali. Putri Suastini Koster. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya mengubah pola pikir masyarakat terhadap sampah.
“Siapa yang menghasilkan sampah, dia juga harus bertanggung jawab. Pemerintah memang tengah bersemangat menangani sampah, namun ini tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Putri Koster menyebut bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menunjukkan komitmen dalam isu sampah, termasuk menjadikan Bali sebagai salah satu wilayah percontohan dalam penanganan darurat sampah nasional.
Pameran “Seni untuk Perubahan” menampilkan beragam karya lukisan yang sarat pesan moral dan refleksi lingkungan. Setiap karya mengajak pengunjung berhenti sejenak untuk merenungkan kondisi bumi, dan peran manusia dalam menjaganya.
Melalui seni, Komunitas Malu Dong mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak hanya sekadar menikmati keindahan visual, tetapi juga terlibat aktif dalam gerakan perubahan lingkungan. Sebuah pesan kuat bahwa menjaga Bali bukan hanya tugas pemerintah, tetapi panggilan bersama.