Puluhan Rumah Porak-Poranda, Gelombang Pasang Landa Pesisir Pantai di Jembrana

1 day ago 5
ARTICLE AD BOX
NEGARA, NusaBali - Fenomena super new moon pada Tilem Jiyestha, Selasa (27/5) lalu turut menyebabkan air laut pasang dan gelombang tinggi di pesisir wilayah Kabupaten Jembrana. Paling tidak ada sebanyak 34 kepala keluarga (KK) di dua lokasi, yakni di Pantai Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, dan Pantai Desa Pengambengan, Kecamatan Negara yang rumahnya porak-poranda akibat dihantam gelombang tinggi dan tergerus abrasi.

Sesuai data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalaksa BPBD) Jembrana, kerusakan yang cukup signifikan terjadi di Pantai Pebuahan. Di Pebuahan ada 31 KK di dua Rukun Tetangga (RT) masing-masing 18 KK di RT 5 dan 13 KK di RT 9 yang terdampak. Rumah puluhan KK di dua RT itu, sebagian besar mengalami kerusakan pada bagian emperan dan atap rumah karena sempat terkena semburan ombak. 

Dari 31 KK terdampak di Pebuahan itu, juga dilaporkan ada 6 KK yang harus mengungsi ke rumah keluarga ataupun kerabat terdekat karena posisi rumahnya sudah sangat dekat dengan titik abrasi. Selain itu, gelombang tinggi di dua RT wilayah Pebuahan juga merusak sejumlah fasilitas umum. Di RT 5, gelombang tinggi turut menggerus jalan sepanjang 300 meter dan merusak sebuah bangunan mushola. Sedangkan di RT 9, ombak juga menggerus jalan sepanjang 100 meter. 

Sementara itu, gelombang tinggi di Pantai Pengambengan dilaporkan merusak wilayah sepanjang 200 meter di sekitar Menara Suar Pengambengan wilayah Banjar Ketapang. 

Di wilayah itu, terdapat 3 KK yang rumahnya mengalami kerusakan pada tembok dan tanah yang ambles akibat terkikis ombak. Salah satu rumah juga telah dikosongkan pemiliknya yang kini mengungsi ke rumah saudara di sekitar lokasi. Di samping itu, gelombang tinggi di Pengambengan juga menjebol tanggul di areal salah satu perusahaan pabrik pengolahan ikan yang memicu banjir rob dan rembesan air laut ke pemukiman. 

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalaksa BPBD) Jembrana, I Putu Agus Artana Putra saat dikonfirmasi Jumat (30/5) mengatakan jajarannya telah mengatensi dampak bencana gelombang tinggi tersebut. Tidak ada korban luka maupun jiwa dalam bencana tersebut. Selain melakukan kaji cepat, pihaknya telah memberikan bantuan kepada para warga terdampak pada Kamis (29/5).

"Kemarin sudah diserahkan bantuan di kedua lokasi. Bantuannya ada paket kebersihan, paket sandang, matras, alat masak, dan lainnya. Di Pebuahan kami serahkan ke Perbekel di Kantor Desa Banyubiru. Sedangkan yang di Pengambengan juga kita serahkan di Kantor Desa Pengambengan," ujar Agus Artana. Selain bantuan tersebut, Agus Artana mengatakan, jajarannya bersama Pemadam Kebakaran (Damkar) Satpol PP Jembrana juga memasang dua tandon air berkapasitas 2.000 liter dan mendistribusikan air bersih di RT 9 Pebuahan pada Kamis (29/5). 

Hal itu pun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mendasar warga Pebuahan yang mengalami kesulitan mendapat air bersih akibat terputusnya saluran pipa air yang juga terdampak gelombang tinggi. Saat ini, Agus Artana mengaku tengah berkoordinasi untuk mempercepat pemulihan, termasuk perbaikan jaringan listrik dan penyediaan air bersih. Masyarakat pun diimbau tetap waspada terhadap potensi gelombang tinggi lanjutan, mengingat kondisi cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi. "Kami harap masyarakat juga terus memantau prakiraan cuaca dari informasi resmi BMKG ataupun lewat informasi kita di BPBD Jembrana," ucap Agus Artana. 

Sementara itu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bali memprakirakan di Kabupaten Jembrana pada bulan Juni masih terjadi pasang besar air laut yang berpotensi memicu banjir rob. "Puncak naiknya air laut atau rob umumnya terjadi pada bulan purnama atau bulan mati. Namun untuk kekuatannya tergantung fenomena alam yang menyertainya," kata Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Bali, Aminudin Al Roniri di Negara, Kabupaten Jembrana, Jumat kemarin.

Dia mengatakan pada peristiwa naiknya air laut hingga ke permukiman warga beberapa hari lalu, selain pasang air laut sedang pada puncaknya juga berbarengan dengan menguatnya angin timuran. Kombinasi antara pasang air laut dan angin timuran itulah, menurut dia yang membuat rob menjadi lebih kuat hingga sampai ke pemukiman.

Menurut dia, dampak pasang air laut disertai angin timuran biasanya terjadi satu sampai dua hari sebelum atau sesudah bulan purnama dan bulan mati (tilem). "Saat bulan purnama atau bulan mati, posisi matahari, bumi dan bulan berada pada satu garis lurus, sehingga gaya gravitasi bulan dan matahari saling menguatkan. Hal itu mengakibatkan pasang naik lebih tinggi dari biasanya dan pasang surut lebih rendah dari biasanya," katanya. Khusus perairan selatan Bali, pihaknya memperkirakan angin timuran masih akan konsisten berhembus pada bulan Juni, sehingga ada peluang memperkuat kondisi saat pasang dan surut air laut. "Pasang dan surut air laut terjadi setiap bulan purnama maupun bulan mati. Hanya saja kekuatannya berbeda-beda tergantung fenomena alam dan cuaca yang menyertainya," katanya. 7 ode, ant
Read Entire Article