Perjalanan Hidup Pakar Lanskap I Nyoman Miyoga Raih Doktor dari Kaki Nyeker hingga Tukang Kebun

10 hours ago 5
ARTICLE AD BOX
Namun, ekspresinya tetap teduh, tanpa buncah kegembiraan. Pakar lanskap ternama ini malah menahan diri untuk tak menangis. 

‘’Saya tak menduga bisa sampai di sini (lulus ujian doktor dengan predikat cumlaude, Red), ‘’ ujarnya dengan bola mata berkaca - kaca. Raut wajahnya menyiratkan rona syukur mendalam. Nyoman Miyoga tak membayangkan deraan kemiskinan di masa kecil ternyata menyisakan lompatan intelektual ke jenjang pendidikan tertinggi itu. 

Sebagai anak seorang petani masa kecilnya banyak dihabiskan di sawah. Membantu orangtua bertani dan memelihara sapi, adalah swagina utama. Kaki nyeker (tanpa alas kaki) karena tidak mampu beli sepatu setiap pergi ke sekolah, salah satu potret kemiskinan yang harus dinikmati. Karas dan grip sebagai alat tulis adalah sahabat sejati karena buku tulis adalah barang tak terbeli.

Laki-laki dengan nama lengkap, Ir Drs I Nyoman Miyoga MM, lahir di Banjar Kutuh, Desa Sayan Ubud, Gianyar, 17 November 1964, dari pasangan miskin dan buta huruf, I Nyoman Genah (almarhum) dan Ni Wayan Lipet (almarhum). Akhir tahun 1960 - 1970 saat jaman peralihan dari orde lama ke orde baru, Desa Sayan merupakan desa miskin. Sebagian besar masyarakatnya saat itu bekerja sebagai petani dan buruh harian. Kala itu, Nyoman Miyoga punya bakat seni. Sambil membantu orangtua bertani, dia belajar melukis young artist ke banjar tetangga, di Penestanan, Ubud. ‘’Meskipun aktif belajar melukis, saya harus rajin belajar. Karena saya punya prinsip, ubahlah Nasib dengan Pendidikan,’’ kenangnya.    

Tahun 1977, di tamat SD mendapat ranking 1 sehingga diterima di SMP Negeri 1 Ubud. Selama bersekolah di SMP tiga tahun, sepanjang 4 km setiap hari pulang – pergi berjalan kaki. Dia tergolong anak cerdas dengan selalu dapat ranking kelas dan juara umum 3. Tahun 1981 tamat SMP menjadi kendala besar untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena terbentur biaya. Saat itu dia ingin melanjutkan ke PGA Hindu di Denpasar, karena ingin menjadi seorang guru. Di tengah keputusasaannya karena tidak bisa melanjutkan pendidikan di Denpasar, karena tidak ada biaya, malah ada berita akan dibuka sekolah SMA baru di Ubud. ‘’Saya memberanikan diri datang ke Kantor Camat Ubud untuk menanyakan dan mendaftar di SMA baru di Ubud ini, diterima. Makanya, setiap hari ke sekolah sepanjang 6 km berjalan kaki,’’ kenangnya lagi. 

Semangatnya berbuah mujur. Saat SMA, Nyoman Miyoga termasuk anak cerdas hingga selalu dapat ranking di kelas dan masuk jurusan IPA. Tahun 1984, dia tamat  SMA dan nekat melanjutkan pedidikan ke perguruan tinggi. Lagi-lagi tak ada biaya dan dia hanya berbekal doa orangtua. Dia diterima di dua kampus, yakni Sekolah Pariwisata BPLP Nusa Dua dan Program Studi Seni Rupa dan Desain (PSSRD) Universitas Udayana. Karena pertimbangan biaya, dia memilih Program Studi Seni Rupa dan Desain di Universitas Udayana, jurusan Desain Interior. Namun, semester II hampir putus kuliah karena terbentur biaya. Syukur saat itu Prof Anak Agung Rai Kalam (almarhum) selaku Dekan PSSRD, melihat hasil akademik dan semangat Nyoman Miyoga. Dekan ini mewancarai serta merekomendasikan untuk mendapat beasiswa Supersemar selama 4 tahun. Dia teringat betul, untuk dapat beasiswa ini syaratnya antara lain, harus siap jadi PNS dan masuk Golkar. ‘’Tapi, setelah tamat saya malah nggak ingin jadi PNS. Saya ingin kerja di bidang pertamanan/lanskap. Banyak yang heran, kok malah ingin jadi tukang kebun. Makanya, setelah kerja saya terpaksa mengembalikan uang beasiswa itu,’’ ujar suami Ni
Ketut Nik Gelgel Ariani, ini.

Tahun 1988, Nyoman Miyoga bertemu Mr Michael R White, dikenal dengan sebutan Made Wijaya dari Australia, seorang arsitek landscape dan pengamat budaya serta penulis. Made Wijaya juga pemilik PT Wijaya Tribwana International (Perusahan PMA yang bergerak di bidang konsultan landscape) berkantor di Sanur, Denpasar. Nyoman Wiyoga kerja praktik di PT tersebut.  Juli 1989, Nyoman Miyoga menyelesaikan pendidikan S1 dan langsung kerja di PT Wijaya Tribwana International Design. Selama berkerja, dia banyak belajar design lanskap dan penerapan unsur budaya Bali dalam desain lanskap. Selama 27 tahun berkerja dengan Made Wijaya, telah banyak taman hotel dan resort yang sudah dibuat. Seperti, Taman Amandari Hotel Ubud, Four Seasons Jimbaran, Bvlgari Resort Uluwatu, dan lain sebagainya baik di Bali, luar Bali, dan luar negeri termasuk Taman Rumah tinggal Penyanyi David Bowie di Carebbean Moustque dan juga Taman Raya Botanical Garden di Florida USA.

Pada 10 Agustus 1994, Nyoman Miyoga menikahi Ni Ketut Nik Gelgel Ariani, hingga dikarunia dua anak, Ni Putu Yoni Pramiari B IHM (Hons), M Sc yang menamatkan S1 Hospitality di Taylor’s University, Subang Jaya, Malaysia, dan S2 International Hospitality and Tourism Management di Coventry University London. Anak kedua, I Made Lingga Prayoga B Sc. (Hons) kuliah S1 Architecture di Taylor’s University, Subang Jaya, Malaysia. Kini, anak ini belajar arsitektur dan budaya Bali di Program Studi Magister Arsitektur Universitas Udayana – Kajian Lingkungan Binaan Etnik (KLBE) yang saat ini sedang persiapan untuk ujian sidang tesis.

Di tengah kesibukan di kantor, minat Nyoman Miyoga untuk belajar terus menyala. Dia berprinsip dengan pendidikan bisa memutus tali kemiskinan. Filosofi pohon pisang ‘tidak mati sebelum berbuah, lahir boleh miskin dan mati tidak boleh miskin’ adalah pegangan hidupnya. Tahun 2007, dia melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Terbuka mengambil jurusan Magister Managemen. Selama dua tahun hampir setiap malam sampai jam satu malam di depan computer untuk bikin tugas dan diskusi sistem online. Sistem pembelajaran online jaman dulu di UT beda dengan dengan online zaman sekarang. ‘’Sekarang dengan zoom mahasiswa bisa lihat langsung dosennya. Dulu, dengan sistem lewat yahoo, lambat diskusi atau upload tugas, sistem secara otomatis terkunci,’’ jelasnya. 

Di UT, pertemuan tatap muka dengan dosen diadakan setiap hari minggu satu bulan sekali. 28 Juli 2009, Nyoman Miyoga menamatkan pendidikan S2-nya dengan gelar Magister Managemen. Tahun 2014, dia juga belajar Property di Panangian School Property sampai mendapatkan Certified Property Analisis, Certified Property Developer dan Certified Property Investor. Selain kegiatan kantor dan proyek, Nyoman Miyoga sering diminta menjadi dosen tamu, narasumber, juri, memberi seminar, dan talk show masalah taman dan arsitektur Bali di asosiasi, dan beberapa perguruan tinggi di Bali dan luar Bali.

Untuk mengimbangi stres karena pekerjaan, Nyoman Miyoga mengimbanginya tiap hari bersembahyang dan meditasi untuk menyebarkan cinta kasih. Dia hampir 20 tahun lebih ikut meditasi kesehatan Bali Usada dengan guru utama Merta Ada. Dia pun dipercaya sebagai salah satu instruktur untuk mengajak sahabat bermeditasi secara bergilir setiap malam lewat zoom.

Tahun 2016, sang bos, Made Wijaya meninggal dunia. Nyoman Miyoga pun membuat perusahaan baru dengan nama PT Ramawijaya Indonesia International Design dengan meneruskan style Wijaya yang selalu menghormati budaya setempat dalam karya- karya desainnya. Proyek yang ditangani banyak resort di Bali, luar Bali, dan luar negeri. Karya terakhirnya, yakni taman Hotel Jumeirah Resort Uluwatu, Hotel Raffles Bali Jimbaran, Hotel Banyan Tree Escape Buahan, Payangan, Gianyar yang tahun 2022 dinobatkan sebagai landscape resort terbaik se AsiaPacific versi Ahead Magazine. Banyak juga karya- karyanya dimuat di majalah nasional ataupun majalah international serta acara tayangan di televisi. Tahun 2021, Nyoman Miyoga melanjutkan pendidikan di Universitas Udayana untuk program profesi Insinyur dengan kosentrasi pertamanan dengan gelar Insinyur.  Tahun 2022, dia melanjutkan pendidikan ke tingkat Doktoral (S3) di Universitas Hindu Indonesia, dengan disertasi berjudul “Degradasi Tri Hita Karana dalam Lanskap Pariwisata pada Taman Hotel Bintang Tiga di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi, Bali”. Dia meneliti ini karena melihat keprihatinan terhadap perkembangan taman gaya minimalis di hotel-hotel di Kecamatan Kuta khususnya taman hotel bintang tiga. ‘’Saya dan keluarga mengucapkan terima kasih kepada promotor, ko-promotor, para dosen, dan semua pihak yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, semangat, dan bantuan sehingga saya bisa sampai ke tahap ini,’’ jelasnya. Kini, Nyoman Miyoga sedang membuat buku berjudul “Sustainable Paradise Landscape Architecture in Bali“. 7lsa
Read Entire Article