Maya Cakru Bangkit di Mengwi, Karya Seni Anak Muda Delod Pempatan

Ketua ST Bandhana Yowana, I Gede Tirta Suputra Adi Pradana, menjelaskan “Tokoh utama yang kami tampilkan adalah Maya Cakru, dengan empat anak buah atau rencang-rencangnya. Kami ingin menyuguhkan nuansa pewayangan yang kuat namun tetap dikemas dengan pendekatan seni kekinian,” ujar Tirta Suputra.

Ogoh-ogoh "Maya Cakru" terinspirasi dari cerita Ramayana. Dikisahkan, ketika Rahwana melarikan Dewi Sita, ia mengeluarkan air mani yang jatuh ke laut. Air mani tersebut dihidupkan oleh Dewa Brahma dan menjadi raksasa bernama Maya Cakru, yang tinggal di kerajaan laut Segara Lungsur.

Maya Cakru berguru pada Dewi Durga dan ingin mengabdi pada Rama. Namun dalam perjalanan, ia menyamar sebagai Anggada dan mengacaukan Ayodya. Rama yang sigap akhirnya berhasil membunuh Maya Cakru.

Pengerjaan ogoh-ogoh dimulai sejak awal Januari 2025. Tim kreatif ST Bandhana Yowana merancang ogoh-ogoh ini dengan sistem bongkar pasang, terutama pada bagian sayap dan paha tokoh utama. Hal ini dilakukan agar mempermudah mobilisasi saat pengarakan.

Tirta menambahkan, proses kreatif ini tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah pengerjaan detail anatomi tubuh, terutama pada bagian jari tangan dan kaki, serta hiasan (payasan) yang memerlukan ketelitian tinggi.

“Anggaran kami sekitar Rp30 juta. Dari proses ini tentu ada suka dukanya. Ada saja masalah kecil seperti beda pendapat atau kehilangan alat-alat, tapi secara keseluruhan kami sangat bersyukur bisa menyelesaikan karya ini tepat waktu,” ujarnya.

Tirta juga berharap agar lomba ogoh-ogoh di Kabupaten Badung terus dilanjutkan setiap tahun. Ia menilai, ajang ini tidak hanya menjadi ruang ekspresi kreatif generasi muda, tapi juga mampu menyinergikan seni dan teknologi demi mendorong pariwisata daerah.

“Semoga seni dan teknologi bisa terus dikolaborasikan, agar ke depan karya ogoh-ogoh tak hanya tampil kuat secara tradisi, tapi juga punya daya tarik wisata,” pungkasnya.*m03