Manual Penanganan Sampah Kiriman di Pantai Labuan Sait dan Dreamland

2 days ago 2
ARTICLE AD BOX
Dua di antaranya adalah Pantai Labuan Sait dan Pantai Dreamland di yang terletak di Desa Pecatu, Kuta Selatan. Kedua pantai tersebut berada di balik tebing curam dan hanya dapat diakses dengan berjalan kaki. Kondisi geografis yang unik ini menyebabkan penanganan sampah harus dilakukan secara manual, mengandalkan tenaga manusia. 

“Kita punya pantai yang daya jualnya memang tinggi karena khusus ada di suatu tempat yang aksesnya tidak umum. Ini menjadi kontradiktif, ketika diminati (pantainya) namun ketika musim sampah laut malah terjebak di sana tidak ada akses,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Kebersihan dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) kabupaten Badung, Anak Agung Gede Dalem, belum lama ini.

Gung Dalem melanjutkan, selama ini Dinas LHK Badung hanya bisa mengerahkan tenaga penyapuan jalan ke pantai-pantai tersebut. Sebab ketiadaan akses untuk mengerahkan alat berat ke lokasi. Mereka juga bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk mempercepat proses pembersihan. Syukurnya volume sampahnya tidak terlalu besar, dibandingkan pantai yang lain di Gumi Keris.

“Panjangnya paling 100 meter dan lebarnya sekitar 50 meter, tidak seperti di wilayah Pantai Samigita (Seminyak, Legian, dan Kuta) yang bisa puluhan kilometer. Paling seminggu sudah selesai kalau dikerjakan tim kami,” kata Gung Dalem.

Disinggung penanganan sampah secara keseluruhan di Badung, Gung Dalem sejauh ini masih efektif. Untuk sampah berukuran besar seperti kayu gelondongan, Dinas LHK menggunakan berbagai metode. Di beberapa lokasi, kayu-kayu besar itu dipotong lebih kecil agar bisa masuk ke dalam mesin wood chipper berdiameter satu meter. Potongan kayu tersebut kemudian dicacah dan dimanfaatkan sebagai bahan kompos di Pusat Daur Ulang (PDU) Mengwitani di Kecamatan Mengwi. “Kalau di Padang-padang kita potong dahulu kayunya, lalu kita angkut,” ucapnya.

Proses pencacahan di PDU Mengwitani, lanjut Gung Dalem, dilakukan secara bertahap, menyesuaikan ketersediaan tenaga dan beban kerja harian. Rata-rata ada 40-50 ton sampah domestik masuk setiap hari, ditambah sekitar 2 ton cacahan kayu. “Saat ini tidak ada kendala pada mesin, hanya prosesnya yang bertahap karena aktivitas cukup padat,” tambahnya.

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, Gung Dalem menyebut penanganan sampah laut tahun ini mengalami pergeseran waktu. Bila tahun sebelumnya sampah laut sudah bersih setelah Hari Raya Nyepi, tahun ini hingga Purnama Kedasa masih ada tumpukan yang belum terselesaikan. Diperkirakan pantai baru akan terlihat bersih sepenuhnya pada akhir April.

“Total sampah sampai saat ini yang kami kumpulkan sebanyak 4.150 ton, dari Desember awal kami sudah mulai pembersihannya,” kata Gung Dalem. 7 ol3
Read Entire Article