ARTICLE AD BOX
Tertinggi ditemukan di Kodya Denpasar sebanyak 452, kemudian di Buleleng 230 dan menyusul Kabupaten Badung sebanyak 197 kasus. Sedangkan sisanya tersebar di 6 kabupaten lain di Bali.
Tingginya kasus TBC di Buleleng, sejalan dengan pasien yang berobat di RSUD Buleleng. Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha menyebut, trend pasien TBC yang berobat ke RSUD Buleleng cenderung meningkat. Tidak hanya pasien rawat inap, tetapi juga pasien rawat jalan.
Menurut Arya Nugraha, penyakit TBC tidak hanya disebabkan karena mengidap tuberkulosis murni. Tetapi penyakit ini juga dipermudah penyebarannya oleh penderita diabetes dan juga pasien dengan HIV/AIDS. Pola penularan ini membuat rentang usia pasien pengidap TBC juga bergeser dari lansia ke usia produktif.
“Ruang rawat inap khusus untuk pasien TBC di RSUD Buleleng selalu penuh dan cenderung ada peningkatan. Rata-rata pasien dalam kondisi sedang-berat,” ungkap Arya Nugraha, Minggu (25/5) kemarin.
Menurutnya, semakin tingginya kasus TBC belakangan ini, karena kurangnya kesadaran pasien yang terjangkit untuk mencegah penularan. Terlebih penularan TBC dapat terjadi dengan sangat mudah melalui percikan batuk atau bersin dari pasien.
“Penularan bisa saja terjadi meski tidak kelihatan ada dahak. Yang berbahaya pasien TBC tidak melindungi lingkungannya dengan baik. Saat batuk atau bersin tidak menutup mulut, kemudian menjangkiti keluarga yang satu ruangan, teman satu tempat kerja atau teman satu bangku,” imbuh Arya Nugraha.
Selain itu kesadaran pasien untuk berobat tuntas juga masih kurang. Dia menyebut dari beberapa kasus, pasien TBC yang mengalami reaksi obat, putus asa dan memutuskan berhenti. Sehingga bakteri tidak benar-benar mati. Melihat fenomena ini Arya Nugraha setuju dengan kebijakan pemerintah pusat untuk melakukan vaksinasi anti TBC.
Dia menyebut, vaksin akan menjadi langkah efektif untuk menghambat penularan yang kencang selama ini. Vaksin yang akan diberikan kepada masyarakat yang sehat, akan membentuk kekebalan menangkal penularan, meskipun berkontak erat dengan pasien.
“Kalau sudah dilaunching vaksin ini bukan lagi soal keamanan atau tentang jadi kelinci percobaan. Tentu sebelumnya sudah melalui protokol ketat dan uji klinis luar biasa. Jadi masyarakat harus memahami hal ini agar tidak menjadi bola liar dan berbagai praduga,” terang dr Arya.7 k23