Kadek Adi Asih Berangan Tembus Olimpiade Los Angeles 2028

3 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali
Atlet Indonesia Kadek Adi Asih merebut medali perunggu pada final disiplin speed putri Piala Dunia Panjat Tebing 2025 (International Federation Sport Climbing World Cup 2025) di Pulau Peninsula, Nusa Dua, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Sabtu (3/5). Yang membanggakan, prestasi ini diraih meski baru pertama kali mengikuti kejuaraan dunia.

“Saya tidak menyangka dapat medali dan ini piala dunia pertama yang saya ikuti,” kata Kadek Adi Asih setelah upacara pengalungan medali di podium Piala Dunia Panjat Tebing 2025 di Nusa Dua, Sabtu kemarin.

Pada babak perebutan medali perunggu, atlet asal Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, itu mengalahkan lawannya asal Korea Selatan, Jeong Jimin.
Menggunakan papan B, atlet berusia 19 tahun itu mencatatkan waktu 7.27 detik, sedangkan lawannya 9.00 detik.

Ni Kadek Adi Asih saat meraih perunggu pada ajang IFSC World Cup 2025 di Pulau Peninsula, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung pada Sabtu (3/5). –TIAN 

Mengenakan nomor punggung 140, Kadek meraih medali setelah lawannya terpeleset dan memberi peluang bagi dirinya untuk mempercepat tensi hingga menduduki peringkat ketiga ajang bergengsi dunia itu.

Menurut Kadek, pada International Federation Sport Climbing (IFSC) World Cup 2025 kali ini memang tidak menargetkan apa-apa, pun dari pelatih juga tidak mematok medali untuknya. Namun, pelatih berpesan untuk tetap fokus dalam setiap pertandingan yang dijalani. Selain bertanding tanpa beban, Kadek tetap memiliki target tersendiri, hal ini juga didukung penuh oleh keluarganya yang datang menonton secara langsung di lokasi.

“Pelatih tidak ada target, tapi saya sudah berusaha semaksimal mungkin dan ternyata meraih perunggu. Saya sangat bangga dan ini juga berkat motivasi dari keluarga,” ujarnya.

Untuk meraih hasil ini, dia mengaku berlatih maksimal sejak dipanggil ke Pelatnas pada April lalu. Dirinya terus ditempa dan berlatih bersama seniornya, Desak Made Rita. Setiap latihan memperbaiki teknik memanjat dan mengejar best time-nya. Atas raihan ini, dia akan terus meningkatkan dan memperbaiki catatan waktunya. 

Ketua Umum PP Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Yenny Wahid menyatakan naik podiumnya Kadek Adi Asih merupakan kejutan, karena usianya yang masih terbilang muda bisa memberikan perunggu di event internasional seperti ini. Ini membuktikan olahraga panjat tebing bukan semata skill, tapi mental agar lebih sabar bisa mengatur ritme dan jangan terlalu terburu-buru. 

“Kadek Asih menjadi kejutan. Yang saya kaget, personelnya yang kita proyeksi meraih medali bisa berubah. Ini membuktikan atlet lebih sabar menata mental,” tandasnya.

Sebelum lomba, Kadek sempat bertemu sejenak dengan orangtua, pengurus KONI Buleleng, dan Ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Buleleng pada Jumat (2/5). Gadis berdarah Buleleng ini melepas kerinduannya dengan orangtua pascadipanggil ke Jakarta, untuk bergabung di tim panjat tebing Indonesia Feruari lalu. Dia pun resmi mengikuti Pelatnas sejak 15 April 2025.

“Saya ditunjuk ikut IFSC saat ada SK resmi April lalu. Sangat menggembirakan bagi saya karena pertamakalinya bisa ikut kejuaraan dunia,” ucap anak kedua dari tiga bersaudara ini. 

Kedatangan kedua orangtua Kadek ke tempat kejuaraan menjadi pelecut semangat, guna mengupayakan yang terbaik untuk Buleleng, Bali, dan Indonesia. Dia mengaku sudah menetapkan pilihan untuk berkarier di dunia panjat tebing. Terlebih saat ini sudah masuk di tim panjat tebing Indonesia. Kadek yang baru lulus SMAN 2 Singaraja ini memiliki angan-angan untuk bisa mengikuti Olimpiade Los Angeles 2028.

Kadek Adi Asih bertemu orangtua jelang kejuaraan IFSC World Cup 2025, di Peninsula, Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung, Jumat (2/5). –LILIK 

“Tahun ini saya sudah tamat SMA, rencana mau melanjutkan di Undiksha di Fakultas Olahraga dan Kesehatan. Karena ikut pelatnas, jadi biar bisa bagi waktu sambil kuliah,” imbuh putri pasangan Komang Redi Astawa dengan Luh Putu Sutarjani, ini.

Sutarjani menceritakan kisah perjalanan putrinya bisa sampai di titik ini. Dikatakannya, Kadek bergabung latihan panjat tebing saat duduk di kelas 5 SD. Awalnya dia sempat dilarang untuk menekuni panjat tebing karena dianggap berbahaya. 

“Kadek (Adi Asih) awalnya tertarik karena ada temannya waktu SD dapat juara. Dia saya larang karena perempuan bahaya manjat-manjat. Tapi di rumah dia sering manjat pohon bantu kakeknya petik mangga, bantu bapaknya kerja petik cengkih. Dari sana saya sadar anak ini ada bakat. Dari sana mulai ikut latihan,” tutur Sutarjani. 

Sebelum ada di posisi saat ini, Kadek pernah mengalami hal pahit dalam perjuangannya menjadi bintang. Dia pernah tidak punya sepatu saat lomba. Hal yang membuat ibunya sedih, sepatu yang dipinjam dari temannya, saat akan dipakai lomba diambil oleh pemiliknya. Beruntung saat itu ada teman atletnya yang sedang tidak bertanding bermurah hati meminjamkan sepatu. Sehingga Kadek bisa ikut lomba.

“Saat itu mau lomba di Denpasar, Kadek tidak punya sepatu. Ketika itu sudah beli tapi pesan dulu dan saat tanggal lomba (sepatu yang dipesan) belum datang,” kata ibunya mengenang. 

Atas hasil kerja keras dan perjuangan Kadek, orangtuanya kini memberikan keleluasaan untuk menempuh karier di bidang olahraga panjat tebing. 7 dar, k23, ant
Read Entire Article