Hardiknas, Belasan Pelukis Anak Buleleng Pamerkan Karya Terbaik

5 days ago 3
ARTICLE AD BOX
SINGARAJA, NusaBali
Seratusan lukisan dengan warna cerah berjejer di panel pameran Lobby Kantor Bupati Buleleng, Sabtu (10/5). Lukisan-lukisan tersebut adalah karya 13 orang pelukis anak Buleleng yang masih duduk di jenjang sekolah dasar (SD). Mereka yang tergabung di Rumah Seni Dewi Sri, menunjukkan karya terbaiknya dalam pameran serangkaian peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Kabupaten Buleleng 2025.

Total ada 107 lukisan yang dipajang di acara yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng. Pameran dibuka secara resmi oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Buleleng Nyonya Wardhany Sutjidra, Jumat (9/5). 

Pendiri sekaligus pelatih di Rumah Seni Dewi Sri, Dewi Sri, mengatakan pelukis anak yang berlatih di studio seninya baru bergabung sejak satu tahun terakhir. Mereka mengikuti kelas seni tiga kali seminggu untuk mengasah keterampilan dan teknis melukis.

Untuk pameran peringatan Hardiknas dengan tema Akulturasi Budaya ini, belasan pelukis anak mempersiapkan karya selama sekitar sebulan. Dari seluruh lukisan yang ditampilkan, secara garis besar beraliran naif, kontemporer, pop art, klasik hingga abstrak. Beberapa ada yang menggambarkan situasi dan budaya Jepang serta China, dunia binatang termasuk berbagai imajinasi anak-anak yang dituangkan di atas kanvas.

“Ini adalah pameran kedua, yang perdana pada Maret lalu. Saya mengawali dengan anak-anak karena tujuan utama saya membentuk karakter dan ketekunan sejak dini. Di studio selain berkarya mereka juga diajarkan disiplin waktu, tekun, on point terhadap apa yang mereka kerjakan,” ucap Dewi Sri.

Pameran Pelukis Anak Buleleng serangkaian Hardiknas 2025 di Lobby Kantor Bupati Buleleng. Pameran berlangsung pada 9-10 Mei 2025. –LILIK 

Melihat anak-anak Buleleng yang berproses sangat cepat, Dewi Sri bercita-cita ingin membentuk akademi seni. Perempuan yang saat ini tinggal di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, ini memulai misinya dari pelukis anak untuk menjadikan kota tua Singaraja sebagai kiblat seni di Bali.

“Saya ingin seni di Buleleng ini berbeda dengan Ubud (Kabupaten Gianyar). Jadi seni itu tidak melulu tentang tradisi, tari, tetapi ada sisi lain dalam seni, itu yang ingin saya bangun di Buleleng dengan seni yang berbeda, dengan anak-anak ini menjadi pioner,” imbuh istri dosen seni rupa Undiksha Singaraja I Gusti Made Budiarta, ini.

Perempuan yang belajar seni secara otodidak dari suami, anak, dan kanal youtube ini menuangkan misi dalam pengajaran kelas seni menggunakan pola design thinking yang akrab dengan dunia arsitek. Hal ini pun memberikan kebebasan yang sangat luas kepada anak didiknya untuk menciptakan karya sesuai dengan keterampilan dan ide yang ada di pikirannya.

Sementara itu karya pelukis anak yang dipamerkan juga dijual dari kisaran harga Rp 400 ribu sampai Rp 5 juta per lukisan. Dalam waktu dekat ini Rumah Seni Dewi Sri akan kembali menggelar pameran serangkaian Bulan Bung Karno, Festival Lovina hingga UNESCO Kids Painting Exhibition pada September mendatang.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng Putu Ariadi Pribadi, menyampaikan pameran lukisan ini menjadi wadah bagi anak-anak untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri melalui karya seni. Melalui goresan kuas dan pilihan warna, anak-anak dapat menyampaikan ide, perasaan, serta pengalaman mereka kepada masyarakat luas.

“Pameran lukisan anak bukan hanya tentang menampilkan karya, tetapi juga tentang proses belajar. Kegiatan ini sebagai media pendidikan, menjadi sarana untuk memperkenalkan seni rupa kepada anak-anak,” kata Ariadi Pribadi.

Usai membuka pameran, Jumat (9/5), Ketua TP PKK Kabupaten Buleleng Nyonya Wardhany Sutjidra menekankan, pameran ini memiliki makna yang lebih dalam, dari sekadar ruang untuk memajang karya seni. Menurutnya pameran ini menjadi panggung bagi anak untuk menumbuhkan rasa percaya diri, semangat berkesenian, dan menanamkan budaya yang harus diwarisi.

“Lukisan anak-anak kita yang hebat ini menunjukkan bahwa belajar bukan hanya sekadar bagaimana mengasah kompetensi akademis saja, tetapi belajar itu juga mengasah talenta, etika, serta estetika. Setiap goresan dalam lukisan anak-anak hebat kita ini menunjukkan bahwa betapa tingginya kemampuan talenta, etika, dan estetika mereka,” ujar Wardhany. 7 k23
Read Entire Article