ESDM Bali Harap Peserta Jelajah Lihat Tantangan Energi Terbarukan

3 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
Setiawan di Denpasar, Selasa (20/5), menyampaikan nantinya 38 peserta yang terdiri atas  akademisi, komunitas, dan media di Bali melihat proyek-proyek berhasil dan gagal yang selama ini dilakukan pemerintah.

“Tapi mungkin akan melihat juga yang kondisinya tidak sesuai dengan teori di atas kertas atau bahkan ada yang hanya monumental, kondisi di Bali ada yang gagal dan berhasil,” kata Setiawan.

Dalam kegiatan jelajah energi yang digelar mitra Pemprov Bali, Institute for Essential Services Reform (IESR), peserta akan dibawa ke praktik pemanfaatan energi baru terbarukan di Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Karangasem.

Proyek-proyek yang akan dijelajah sebagian merupakan garapan pemerintah, bantuan swasta 
dan ada pula inisiatif industri.

“Sehingga ke depannya melalui jelajah energi mendapatkan perspektif objektif, gagalnya karena apa jadi bahan evaluasi,” ujar Setiawan.

Sejauh ini, Setiawan melihat terdapat banyak tantangan dalam misi transisi energi ini seperti 
pemberdayaan masyarakat.

“Pemikiran kita (masyarakat) di era itu adalah proyek begini asumsinya hanya tanggung jawab pemerintah, dan pemerintah suasana kebatinannya yang penting terpasang dulu, ada janji yang terpenuhi tapi keberlanjutannya seperti apa itu usaha nanti,” ucapnya.

Kondisi ini menjadi salah satu alasan kegagalan pada pemanfaatan energi baru terbarukan, sehingga Disnaker ESDM Bali berharap jelajah energi perdana di Bali ini dapat menunjukkan secara objektif fakta-fakta lapangan.

“Tidak hanya untuk mengenal tetapi juga melihat secara objektif agar ada perbaikan ke depan dan Pemprov Bali sudah mencanangkan Bali mandiri energi, kita punya tanggung jawab yang sama untuk ikut terlibat,” kata Setiawan.

Project Koordinator Bali Net Zero Emission IESR Muhamad Yudistira Rahayu menambahkan jelajah energi sengaja dibuat untuk menunjukkan praktik nyata narasi transisi energi di Bali.

Di Bali, transisi energi bukan hanya tentang menurunkan emisi, tetapi melindungi sektor pariwisata sehingga tercipta pariwisata yang berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, memastikan kemandirian energi yang sejalan dengan kedaulatan daerah, serta ketahanan masyarakat terhadap basis energi dan iklim.

Dalam perjalanan ini lembaga think tank itu akan membawa peserta keliling Bali melihat praktik PLTS di ruang publik dan sektor pariwisata, biogas di pedesaan, hingga pembangkit mikro hidro.

Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR Marlistya Citraningrum menuturkan pelaku usaha sektor pariwisata dapat menjadi katalis transisi energi di Bali. Dengan memanfaatkan energi surya, inisiatif ini tidak hanya berdampak langsung pada pengurangan emisi, tetapi juga memberi contoh konkret bahwa bisnis dapat tumbuh sejalan dengan keberlanjutan. 

“Praktik baik seperti ini perlu ditularkan dan direplikasi, agar semakin banyak pelaku usaha ikut mengambil peran aktif dalam mencapai target Bali Net Zero Emission 2045. Ketika sektor swasta bergerak lebih dulu, mereka bukan hanya mengikuti regulasi, melainkan juga membuka jalan bagi perubahan yang lebih luas,” ucapnya. 7 ant, dar
Read Entire Article