ARTICLE AD BOX
Pustu merupakan jaringan pelayanan kesehatan permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas. Pustu berada di bawah pembinaan Puskesmas dan merupakan bagian integral dari Puskesmas induknya.
Pustu inilah yang akan dijadikan Klinik Desa yang mampu memberikan pelayanan lebih prima selayaknya klinik. Sebab, berbeda dengan Pustu, Klinik Desa akan menjadi tempat praktik satu dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, dan tenaga administrasi.
Kata Koster, Prof Winasa sudah punya rencana holistik untuk program menyulap Pustu menjadi Klinik Desa ini. Pembiayaan pembentukan Klinik Desa dipastikan tidak bakal terlalu membebani APBD Provinsi Bali. Skema pembiayaan sudah disiapkan agar fiskal Pemprov Bali tidak loyo.
“Beliau (Prof Winasa) sudah paparan. Wah, bagus banget ini konsepnya. Bagaimana dengan biayanya? Beliau juga sudah punya bagaimana nanti merumuskan detailnya ini ada,” beber Koster.
Sementara itu, perubahan Pustu menjadi Klinik Desa ini akan diprioritaskan di wilayah di luar Denpasar, Badung, Gianyar (Sarbagia). Enam kabupaten di luar Sarbagia dinilai dalam kondisi membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang lebih prima di level desa.
Meski begitu, Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng ini juga melihat sebagian wilayah Badung seperti di bagian utara membutuhkan Klinik Desa. Begitu pula beberapa kecamatan di Gianyar yang fasilitas kesehatan level desanya belum mumpuni.
Di sisi lain, Koster memuji semangat Prof Winasa yang aktif bolak-balik Jembrana-Denpasar untuk menyukseskan program ini. Ia mengklaim, Prof Winasa tidak digaji sepeserpun dalam kapasitasnya sebagai Penasihat Khusus Gubernur Bali dan tim pembentukan Klinik Desa ini.
“Luar biasa. Semoga dengan begitu, nambah umur beliaunya, jadi sehat. Kalau beku di rumah, mungkin jadi stres, gampang sakit, nanti lama-lama repot. Ini obat bagus untuk beliau,” tandas Koster. *rat