ARTICLE AD BOX
Contohnya, wisatawan asing naik motor tanpa pakaian lengkap atau berperilaku tidak sopan di pura, sehingga mengganggu kesakralan tempat suci dan memicu keresahan masyarakat lokal Hindu Bali. Atau, wisatawan mengambil batu karang atau souvenir alam dari laut, merusak ekosistem laut yang selama ini dijaga oleh kearifan lokal masyarakat adat Papua.
Ancaman terhadap kearifan lokal akibat anomali perilaku wisatawan, antara lain terjadi pergeseran nilai budaya. Wisatawan yang berpakaian tidak sopan di tempat sakral atau bertindak tidak hormat saat upacara adat. Keduanya, bisa membuat masyarakat lokal kehilangan pegangan terhadap nilai-nilai tradisional mereka demi ‘menyesuaikan diri’ dengan tuntutan pariwisata. Perilaku nyeleneh lainnya, misalnya, komersialisasi tradisi. Upacara adat atau kesenian tradisional bisa berubah makna, karena dipertontonkan semata-mata untuk hiburan wisatawan, bukan lagi sebagai ekspresi spiritual atau budaya. Ini membuat tradisi jadi kehilangan makna sakralnya.
Ancaman lainnya, yaitu, kerusakan lingkungan sakral Tempat-tempat sakral sering kali rusak akibat ketidaktahuan atau ketidakpedulian wisatawan. Misalnya, perilaku merusak situs bersejarah, membuang sampah sembarangan di tempat suci, atau mengambil benda-benda budaya sebagai ‘souvenir’. Ancaman bukan saja datangnya dari wisatawan, tetapi dari masyarakat sendiri. Misalnya, keterasingan generasi terhadap nilai dan etika kearifan lokal. Jika masyarakat lebih memprioritaskan kebutuhan pariwisata dibanding melestarikan kearifan lokal, generasi muda bisa menjadi terasing dari budayanya sendiri, menganggap tradisi sebagai sesuatu yang kuno atau tidak relevan. Ketika norma masyarakat dilanggar terus-menerus oleh wisatawan dan winisatawan, bisa muncul antara penduduk lokal dengan pendatang, yang pada akhirnya mengancam keharmonisan sosial. Anomali perilaku wisatawan yang tidak menghormati budaya lokal bisa memicu ketegangan antara masyarakat dan wisatawan. Jika dibiarkan, hal ini mengikis rasa saling percaya, membuat warga merasa identitas dan nilai mereka tidak dihargai. Akibatnya, keharmonisan sosial terganggu karena muncul rasa marah, kecewa, bahkan penolakan terhadap keberadaan wisatawan itu sendiri.
Untuk memerangi anomali perilaku wisatawan, beberapa cara yang efektif bisa dilakukan sebagai berikut; memberikan informasi yang jelas tentang norma dan aturan budaya setempat melalui brosur, website, atau media sosial. Ini membantu wisatawan memahami apa yang diharapkan dari mereka. Juga, penerapan aturan yang tegas. Menetapkan peraturan yang mengatur perilaku wisatawan, seperti denda untuk pelanggaran tertentu (misalnya merusak situs budaya atau lingkungan). Di samping itu, meningkatkan patroli di tempat-tempat wisata, dengan petugas yang dapat memberikan teguran atau edukasi langsung kepada wisatawan yang melanggar aturan. Tidak kalah pentingnya, melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata, sehingga mereka bisa langsung memberikan penjelasan dan menjaga kelestarian budaya mereka. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan pariwisata yang mempromosikan keberlanjutan dan menghargai kearifan lokal, dengan memilih wisatawan yang sadar akan tanggung jawab lingkungan dan budaya.
Konsep memilih wisatawan yang sadar akan tanggung jawab lingkungan dan budaya berfokus pada upaya untuk menarik dan melibatkan wisatawan yang memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya melestarikan budaya lokal serta menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, edukasi sebelum keberangkatan. Banyak tempat wisata sekarang ini mulai mengedukasi calon wisatawan melalui kampanye dan materi informasi mengenai etika dan norma lokal, serta praktik ramah lingkungan.
Destinasi wisata yang mengutamakan keberlanjutan lingkungan cenderung menarik wisatawan yang lebih peduli dengan isu lingkungan. Beberapa destinasi wisata menerapkan sistem pemilihan yang selektif terhadap wisatawan, terutama di kawasan yang rawan terhadap kerusakan budaya atau alam. Misalnya, dengan menggunakan reservasi yang meminta informasi mengenai pengalaman wisatawan terkait budaya. Ini membantu memastikan bahwa wisatawan yang datang memiliki minat dan kesadaran tinggi terhadap pentingnya menjaga kearifan lokal. Secara keseluruhan, pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman wisata yang lebih berkelanjutan, di mana wisatawan yang datang tidak hanya menikmati keindahan dan budaya, tetapi juga memberi dampak positif pada keberlanjutan dan kelestarian budaya lokal. 7