ARTICLE AD BOX
Tottenham tampil solid saat bertandang ke markas Bodo/Glimt di Norwegia dan menang 2-0, menutup agregat 5-1. Sementara Manchester United tampil gemilang dengan membalikkan ketertinggalan atas Athletic Club menjadi kemenangan 4-1 di San Mames, kandang lawan di Basque Country, sehingga unggul agregat meyakinkan 7-1.
Final ini menjadi ketiga kalinya dua klub Inggris bertemu di final Liga Europa atau UEFA Cup. Sebelumnya, Chelsea menghadapi Arsenal pada final 2019 dan Tottenham mengalahkan Wolverhampton Wanderers dalam format dua leg pada 1972.
Pertandingan final dijadwalkan berlangsung 21 Mei 2025 di Stadion San Mames, markas Athletic Club yang ironisnya baru saja menjadi saksi kekalahan telak tuan rumah atas MU di semifinal.
Partai puncak nanti bukan sekadar perebutan trofi, melainkan juga tiket otomatis ke Liga Champions musim 2025/2026. Saat ini, baik MU maupun Spurs tengah terpuruk di posisi 15 dan 16 klasemen Premier League, sehingga final ini jadi harapan terakhir untuk menyelamatkan musim mereka.
Pelatih MU, Ruben Amorim, menyatakan tekanan tinggi dirasakan timnya menjelang final. "Kalau tidak menang, maka semua ini tak berarti. Kami senang bisa lolos, tapi kami harus memberi sesuatu untuk fans," tegas Amorim kepada TNT Sports. Ia juga menekankan bahwa final tidak bisa disamakan dengan pertandingan liga biasa. “Semua atau tidak sama sekali,” ujarnya.
Di semifinal, MU sempat tertinggal lebih dulu dari Athletic, sebelum Mason Mount mencetak dua gol dari bangku cadangan. Dua gol lainnya dicetak Casemiro dan Rasmus Hojlund. “Sudah terlalu lama saya menunggu malam seperti ini,” kata Mount.
Sementara itu, manajer Tottenham, Ange Postecoglou, menyambut final ini sebagai validasi kerja keras timnya, meski performa di liga domestik tak menggembirakan. "Siapa peduli kami terpuruk di liga? Ini kompetisi berbeda. Kalau ke final itu mudah, kenapa yang finis tiga besar tidak bisa sampai sini?" sindir Postecoglou.
Tottenham juga punya catatan apik musim ini atas MU. Mereka sudah mengalahkan The Red Devils tiga kali: dua kali di Premier League dan sekali di Piala Liga.
“Orang-orang ingin meremehkan capaian ini. Tapi ini pencapaian besar. Kami memberi harapan kepada fans, dan perjalanan seru masih menanti,” kata Postecoglou.
Bagi Tottenham, ini adalah final Eropa pertama mereka sejak final Liga Champions 2019, saat dikalahkan Liverpool. Terakhir kali mereka mengangkat trofi adalah di Piala Liga 2008.
Siapa pun yang menang di Bilbao nanti, laga ini dijamin menjadi malam yang emosional dan menentukan, baik bagi masa depan pelatih maupun kebangkitan klub mereka.
Apakah Anda menjagokan MU atau Spurs di final nanti?