ARTICLE AD BOX
“Seperti biasa setiap Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, delapan pamaksan ini ngayah mareresik di Pura Penataran Agung Besakih, selama 24 jam,” jelas Prawartaka Karya Jro Mangku Widiartha kepada NusaBali di Pura Penataran Agung Besakih, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Sukra Pon Julungwangi, Jumat (11/4).
Diperkirakan, pangayah dari pamaksan ini sekitar 320 orang. Tiap pamaksan melibatkan 40 pangayah. Rata-rata tiap pangayah hanya ngayah sekali selama Ida Bhatara Kabeh nyejer di Pura Penataran Agung Besakih, mulai puncak Karya pada Purnama Kadasa, Saniscara Wage Julungwangi, Sabtu (12/4) hingga nyineb pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (3/5).
8 pamaksan dimaksud, Pamaksan Batumadeg, Penataran Kawan, Penataran Kangin, Pura Kiduling Kreteg, Pura Basukihan, Pura Banua Kawan, Pura Ulun Kulkul, dan Pura Banua Kangin. Fasilitas pengayah ini berupa kereta dorong dan sapu, dan bak penampungan sementara. Sampah dituangkan di bak sementara di belakang Bale Pasucian Pura Penataran Agung Besakih. Di tempat ini ada truk yang mengangkut dibawa ke TPA Banjar Palak, Desa Besakih, Kecamatan Rendang.
Pangayah katanya terus bergerak, di setiap pemedek usai melakukan persembahyangan. Baik pagi, siang, sore maupun malam, melakukan bersih-bersih. Walau cuaca hujan, terus menjalankan tugas, tujuannya agar sampah tidak sampai menumpuk di Pura Penataran Agung Besakih.
“Agar sampah bekas upakara tidak menumpuk, pemedek juga diimbau agar membawa kembali sarana upakara tersebut. Pemedek diingatkan, agar tidak meninggalkan sarana upakara,” tambah Mangku Widiartha yang juga Bendesa Adat Besakih.
Penasihat Panitia Karya Jro Gede Artayasa juga mengatakan, dari sisi jumlah pangayah untuk mereresik selama 21 hari, telah siap. Fasilitas pendukung juga telah disiapkan.
Disebutkan, selama Karya Ida Bhatara Turun Kabeh, biasanya volume sampah per hari rata-rata 10 truk-12 truk. Beda dengan volume sampah jika tidak ada Karya Ida Bhatara Turun Kabeh, hanya 3 truk-4 truk per hari. “Kendaraan truk angkut sampah melalui jalur khusus, sehingga tidak terjebak macet,” jelas Jro Gede Artayasa.
Jro Gede Artayasa tetap berharap, agar selama Karya Agung, tidak turun hujan, sehingga pelataran pura tidak becek. Sebab, jika becek biasanya pemedek berbekal plastik digunakan alas sembahyang, selanjutnya pemedek meninggalkan sampah plastik.7k16