2 Hari Pasca Puncak Karya Ngusaba Kadasa, Krama Batur Laksanakan Wayon Alit

6 days ago 6
ARTICLE AD BOX
Wayon Alit Ngusaba Kadasa terdiri atas tiga ritual penting yakni Nebengin atau Maican-Ican, Ngabuangin atau Maberas Gunung Sari, dan Maider Gita. Pangemong Pura Ulun Danu Batur Jero Gede Kanginan (Duhuran) Batur, mengatakan ritual Nebengin dilaksanakan untuk memohon petunjuk kehadapan Ida Bhatara-Bhatari Batur terkait pelaksanaan Karya Ngusaba Kadasa. 

Dalam hal ini, Pangemong Pura Ulun Danu Batur nedunang Ida Bhatara-Bhatari melalui media para prawalen (Jero Dasaran Istri). Para prawalen ibarat sebagai jembatan komunikasi antara masyarakat (umat) kepada Ida Bhatara-bhatari di Batur. Nebengin mirip dengan ritual nyanjan untuk mohon petunjuk tentang pelaksanaan upacara dan hanya melibatkan jero prawalen.

Selanjutnya, Ngabuangin atau ritual Maberas Gunung Sari. Ritual ini sangat khas, yakni masyarakat menyusun pala bungkah (umbi-umbian) dan pala gantung (buah-buahan) layaknya sebuah gunung yang disebut Gunung Amreta. Setelah didoakan, beras, pala bungkah, dan pala gantung, dibagikan oleh Jero Gede Kanginan (Duhuran) Batur sebagai simbolis kesejahteraan.

"Beras tersebut lambang kesejahteraan yang diyakini sebagai amreta. Biasanya ditebarkan di sawah ddan perkebunan, diletakkan di lumbung dan atau warga melakukan usaha," katanya.

Rangkaian ketiga yakni Wayon Alit adalah maider gita yang mirip dengan ritual nyenuk di Bali dataran. Pada prosesi ini secara simbolis masyarakat mempersembahkan berbagai tembang seperti kakawin, kidung, dan palawakya.

Lebih lanjut, Jero Gede Kanginan (Duhuran) Batur, menjelaskan setelah Wayon Alit, Ngusaba Kadasa akan dilanjutkan dengan Bakti Panganyar dimulai 15 April 2025 - 23 April 2025. "Setelah Bakti Panganyar, akan dilaksanakan Panyineban Ida Bhatara-bhatari," katanya.

Sebelumnya, sehari setelah Puncak Karya Ngusaba Kadasa, Desa Adat Batur melaksanakan ritual Wayon Ageng. Menurut Jero Penyarikan Duuran Pura Ulun Danu Batur, Wayon Ageng pada prinsipnya merupakan ritual lanjutan setelah puncak karya. "Kami biasa menyebutnya Ngewayonin yang sama dengan Ngemanisin," terangnya.

Salah satu prosesi ritual dalam Wayon Ageng adalah Pepada Pepenek yang merupakan rangkaian bakti pepada terakhir. Pepada sebelumnya adalah Pepada Wewalungan dan Pepada Agung. Pepada Penek dilaksanakan dengan menyunggi penek-penek mengelilingi pura searah jarum jam. Selain dilakukan oleh masyarakat subak dan adat Batur, ritual ini juga diikuti sejumlah desa. Antara lain, Desa Adat Calo, Manuk, dan Peliatan.

Pangemong Pura Ulun Danu Batur, Jero Gede Duhuran (Kanginan) Batur, menyebut Pepada Penek sebagai ritual yang tidak bisa dipisahkan dengan Ngusaba Kadasa. Penek merupakan simbol kesejahteraan yang dimohon ke hadapan Ida Bhatari Sakti Batur. Oleh karena itulah, masyarakat subak turut serta mengikuti ritual ini.7k17
Read Entire Article