190 Peserta Meriahkan Lomba Ogoh-Ogoh Mini di Warung Lawar Plek WMD

8 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Lomba terbagi dalam tiga kategori: Ogoh-Ogoh mini tingkat pelajar (SD dan SMP) yang digelar pada hari pertama, dan pada hari kedua dilombakan Ogoh-Ogoh mini tingkat umum serta kategori Tapel Ogoh-Ogoh. Menariknya, kategori Ogoh-Ogoh mini umum diselenggarakan dengan sistem tarung bebas, baik Ogoh-Ogoh dengan mesin maupun tanpa mesin.

Ketua panitia yang juga owner WMD, I Wayan Dede Ranata, mengungkapkan bahwa penyelenggaraan lomba ini terinspirasi dari maraknya karya Ogoh-Ogoh yang viral di media sosial pasca Hari Raya Nyepi serta minimnya ruang terbuka bagi seniman muda untuk menampilkan karya mereka.

“Ini kali pertama penjual lawar plek menggelar lomba Ogoh-Ogoh mini dan tapel. Kami ingin memberikan panggung terbuka untuk para seniman muda sekaligus mempromosikan kuliner khas Bali, khususnya lawar plek dari Gianyar,” ujar Dede saat ditemui di lokasi kegiatan.

Menurut Dede, total pendaftar mencapai sekitar 500 peserta, namun karena keterbatasan tempat, hanya 190 peserta yang akhirnya lolos seleksi dan tampil pada lomba. “Kami ingin menunjukkan bahwa tempat yang sederhana pun bisa menjadi ruang berekspresi. Tidak harus luas, yang penting berani mencoba dan konsisten,” ujarnya.

Ajang ini juga mendapat antusias tinggi dari para peserta, meskipun beberapa hari sebelumnya mereka telah mengikuti lomba serupa di Denpasar serta bertepatan dengan rahina Purnama. “Semangat peserta luar biasa, terutama anak-anak SD dan SMP. Astungkara, mereka tampil maksimal dan penuh kreativitas,” imbuhnya.

Penjurian lomba melibatkan sejumlah seniman lokal, di antaranya CenkCenk Bero, Gung De Raditya, Korem, dan De Jun. “Kami sempat ingin mengundang Mang Egik, seniman Ogoh-Ogoh asal Tampaksiring, tapi beliau berhalangan hadir,” kata Dede.

Ke depan, pihaknya berencana menjadikan lomba ini sebagai agenda tahunan dan mulai melibatkan pemerintah daerah serta tokoh adat. “Tahun depan kami ingin selenggarakan di tempat yang lebih luas dengan dukungan dari instansi terkait seperti Dinas Kebudayaan, Kecamatan, hingga bendesa adat,” ujar Dede.

Mengangkat tema Aji Tenung Taksuning Pertiwi, lomba ini dimaknai sebagai ajang yang menekankan nilai spiritualitas dan ketulusan dalam berkesenian. “Seni bukan hanya soal mahakarya, tapi tentang taksu yang lahir dari sentuhan tulus para seniman muda,” tutup Dede. *m03

Read Entire Article